Rabu, 11 Maret 2020

Narkoba


Pada Sabtu, 7/3 Ririn Ekawati menjadi pesohor ke-5 yang ditangkap polisi terkait dengan penyalahgunaan narkoba di awal tahun yang belum genap tiga bulan ini. Sebelumnya ialah Vitalia Shesya (Senin, 24/2), Aulia Farhan (Kamis, 20/2), Lucinta Luna (Selasa, 11/2), dan Nanie Darham (Selasa, 4/2).

Berita semacam itu memang cepat melesat ke genggaman siapa pun yang memiliki ponsel pintar (smart phone). Biasa saja, karena mereka pesohor, baik di televisi maupun film layar lebar. Apa pun bisa menjadi alasan bagi mereka, apalagi dari pergaulan dan kemampuan finansial untuk mendapatkannya.

Saya tidak heran. Berbeda dengan kasus yang pernah dialami seorang tetangga saya (sepantar dengan saya) dengan hukuman penjara selama lima tahun, dan kawan sekolah saya yang akhirnya tidak bisa menyelesaikan pendidikan tingginya karena harus berurusan dengan hukum.

Dalam pergaulan kalangan muda, ada dua hal yang memang menjadi “area berbahaya” bagi saya. Pertama adalah kriminal. Kedua adalah narkoba.

Latar ekonomi keluarga sering kali menjadi pembenaran seorang kriminal, semisal pencuri. Padahal, ketika berhasil melakukan aksi kejahatan pertama, akan berlanjut dengan aksi kedua, ketiga, dan seterusnya, jika lolos dari pergokan dan amuk massa.

Yang kedua itu (narkoba) jelas tidak sembarangan. Harga barangnya saja cukup mahal, dan saya bisa langsung “bangkrut”. Sementara latar ekonomi keluarga saya tidaklah mampu begitu.

Hanya saja, biasanya, jebakan awal adalah mencoba dengan gratisan, semisal kawan yang memang narkobais. Dari tahap mencoba, mulai suka, lalu… Kena, deh!

Antara kriminal dan narkoba, bagi saya, sama-sama menyusahkan. Memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan reputasi diri saja sudah susah, mengapa perlu disusahi dengan kriminalitas dan narkoba, ‘kan?

Meski tidak mampu memiliki suatu barang, saya tidak mengompori keinginan hingga memiliki tetapi dengan cara kriminal. Cukup dengan menyadari  kemampuan diri, bersyukur atas setiap rezeki, dan bagaimana upaya mengasah kemampuan (bakat atau minat) agar saya menjadi diri saya sendiri.

Kalaupun ada uang “lebih”, saya pilih menabung untuk persiapan hari tua nan renta yang kelak pasti sampai ke sana. Tabungan hari tua wajiblah ada agar tidak menyusahkan siapa-siapa, termasuk polisi dan sipir.

Ya, hidup saya sudah begini, tidaklah perlu saya susahkan dengan begitu. Belajar, berlatih, berkompetisi, dan berkarya sajalah.

*******
Beranda Khayal, 8-3-2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar