Pada Sabtu, 7/3 Ririn
Ekawati menjadi pesohor ke-5 yang ditangkap polisi terkait dengan penyalahgunaan
narkoba di awal tahun yang belum genap tiga bulan ini. Sebelumnya ialah Vitalia Shesya (Senin,
24/2), Aulia Farhan (Kamis, 20/2),
Lucinta Luna
(Selasa, 11/2), dan Nanie Darham (Selasa, 4/2).
Berita semacam itu
memang cepat melesat ke genggaman siapa pun yang memiliki ponsel pintar (smart phone). Biasa saja, karena mereka
pesohor, baik di televisi maupun film layar lebar. Apa pun bisa menjadi alasan
bagi mereka, apalagi dari pergaulan dan kemampuan finansial untuk
mendapatkannya.
Saya tidak heran. Berbeda
dengan kasus yang pernah dialami seorang tetangga saya (sepantar dengan saya)
dengan hukuman penjara selama lima tahun, dan kawan sekolah saya yang akhirnya
tidak bisa menyelesaikan pendidikan tingginya karena harus berurusan dengan
hukum.
Dalam pergaulan
kalangan muda, ada dua hal yang memang menjadi “area berbahaya” bagi saya. Pertama adalah kriminal. Kedua adalah narkoba.
Latar ekonomi
keluarga sering kali menjadi pembenaran seorang kriminal, semisal pencuri. Padahal,
ketika berhasil melakukan aksi kejahatan pertama, akan berlanjut dengan aksi
kedua, ketiga, dan seterusnya, jika lolos dari pergokan dan amuk massa.
Yang kedua itu
(narkoba) jelas tidak sembarangan. Harga barangnya saja cukup mahal, dan saya bisa
langsung “bangkrut”. Sementara latar ekonomi keluarga saya tidaklah mampu
begitu.
Hanya saja,
biasanya, jebakan awal adalah mencoba dengan gratisan, semisal kawan yang
memang narkobais. Dari tahap mencoba, mulai suka, lalu… Kena, deh!
Antara kriminal dan
narkoba, bagi saya, sama-sama menyusahkan. Memenuhi kebutuhan hidup dan
meningkatkan reputasi diri saja sudah susah, mengapa perlu disusahi dengan
kriminalitas dan narkoba, ‘kan?
Meski tidak mampu
memiliki suatu barang, saya tidak mengompori keinginan hingga memiliki tetapi
dengan cara kriminal. Cukup dengan menyadari
kemampuan diri, bersyukur atas setiap rezeki, dan bagaimana upaya
mengasah kemampuan (bakat atau minat) agar saya menjadi diri saya sendiri.
Kalaupun ada uang “lebih”,
saya pilih menabung untuk persiapan hari tua nan renta yang kelak pasti sampai
ke sana. Tabungan hari tua wajiblah ada agar tidak menyusahkan siapa-siapa,
termasuk polisi dan sipir.
Ya, hidup saya sudah
begini, tidaklah perlu saya susahkan dengan begitu. Belajar, berlatih,
berkompetisi, dan berkarya sajalah.
*******
Beranda Khayal,
8-3-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar