Sebenarnya saya malas
mengulas lagi perihal “kita” dan “kami”. Persoalannya adalah sekian orang bergelar
sarjana masih saja gagal memahami perbedaan antara “kita” dan “kami”.
Bukankah pelajaran
mengenai kata ganti orang telah diajarkan sejak di bangku SD?
Saya tidak
memahami, bagaimana sebagian guru Bahasa Indonesia tingkat SD mengajarkan
perihal kata ganti orang pertama, baik tunggal maupun jamak. Apakah sebagian
guru itu hanya mementingkan tanda tangan (formalitas belaka) bahwa kata ganti
orang telah diajarkan, entahlah.
Saya juga tidak
memahami, bagaimana sekian orang yang bergelar sarjana itu masih saja gagal
menerapkan kata ganti orang pertama dalam komunikasi, khususnya ketika
berbicara. Apakah ketika mereka masih SD dan belajar Bahasa Indonesia sambil
ngobrol dengan kawan sebangku, entah juga.
Realitasnya, ya,
tadi itu. Sekian orang bergelar sarjana masih saja gagal memahami perbedaan
antara “kita” dan “kami”. Sudah gagal, masih juga bangga ketika bercfuap-cuap di
depan kamera televisi!
Oleh karena “sebenarnya
saya malas mengulas lagi” dan saya bukanlah seorang guru Bahasa Indonesia, lebih baik saya tidak perlu menjelaskan tentang “kita”
dan “kami”. Sia-sia saja, sebab, toh,
mereka sendiri malas untuk belajar lagi!
*******
Beranda Khayal,
5-3-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar