Kamis, 05 Maret 2020

Belum Paham Juga tentang Prefiks dan Preposisi

Belum satu minggu lewat saya membaca sepucuk tulisan. Dalam tulisan tersebut terdapat ketidakpahaman si penulis mengenai prefiks dan preposisi, padahal bukanlah hal yang tidak pernah diajarkan ketika SD.

Sebenarnya saya malas untuk “menyinggung” persoalan sepele tetapi serius ini. Saya terlalu sering menemukannya dalam tulisan sekian orang, bahkan bangga sekali kalau digelari “penulis”. Orang-orang yang lamban memahami, meski bukan satu-dua kali saya bantu untuk memudahkan pemahaman.

Penulis adalah seseorang yang mengendarai aksara untuk menyampaikan maksud yang semula bersumber dari pikiran dan perasaannya. “Penulis adalah pengendara aksara”, dan perihal ini pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul “Sang Pengendara Aksara”.  

Prefiks dan preposisi merupakan pelajaran dasar yang sebaiknya dipahami oleh mereka sejak awal. Bukan sekadar bagian kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia ketika prefiks dan preposisi diperkenalkan semasa duduk di bangku SD.

Pelajaran dasar ini tidak berbeda dengan seorang pengendara, semisal motor dengan lampu sein (sign). Kalau ingat lampu sein kanan tetapi beloknya ke kiri, pasti segera tertawa karena membayangkan beberapa emak-emak mengendarai motor.

Aksi emak-emak dengan lampu sein kanan tapi belok ke kiri memang sering menjadi bahan tertawaan. “The Power of Emak-emak” merupakan julukan yang pernah viral sekitar 2017-2018.  

Akan tetapi, bagaimana kalau sekian penulis ternyata melakukan aksi serupa melalui tulisan?

Sebenarnya saya malas ikut-ikutan menggelari mereka “penulis”. Setiap waktu seorang penulis mengendarai aksara. Setiap hari penulis harus menerapkan kemampuan dasar  tulis-menulis yang memiliki konvensi yang diketahui oleh masyarakat. Dan penulis dituntut untuk memahami pelajaran dasar yang berkaitan dengan prefiks dan preposisi.

Saya dibenci oleh segelintir “penulis” hanya gara-gara prefiks dan preposisi. Baiklah, silakan membenci saya. Yang penting, suatu waktu kemudian saya bisa membaca tulisan mereka yang benar-benar telah memahaminya.

Sayangnya, sekian tahun saya tidak menemukan perubahan yang benar dalam penerapan penulisan berkaitan dengan prefiks dan preposisi. Sekian tahun mereka tetap gagal menerapkannya dalam tulisan-tulisan mereka.

Mungkin benci dan bebal masih satu keluarga. Mereka tidak malu ketika terus-menerus menayangkan tulisan yang kurang bermutu gara-gara prefiks-preposisi yang rancu, dan semakin ngotot untuk membenci saya.

Apa boleh buat. Orang bebal memang sukar untuk belajar, tetapi benci malah disiarkan ke mana-mana. Saya pun tidak perlu repot untuk membantu, karena mereka memilih bebal dan benci merecoki mutu tulisan mereka sendiri.

*******
Beranda Khayal, 5-3-2020  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar