“Setiap
penulis adalah editor pertama bagi karyanya sendiri. Dialah yang menyunting
draft sampai beres dan memastikan tidak ada kesalahan untuk urusan-urusan
elementer. Kalau editor hanya dipasrahi membereskan urusan-urusan elementer, ia
tidak akan bekerja maksimum untuk urusan substansialnya sebagai editor,” kata A.S. Laksana (2013)
Istilah “editor”
sudah mendapat padanannya dalam bahasa Indonesia, yakni “penyunting”. Apakah
saya perlu menuliskan perihal penyunting, baik definisi, fungsi, maupun
substansinya?
Saya pikir,
tidaklah perlu sampai begitu. Cari saja melalui Google, beres.
Yang jelas, saya
juga tidak sepakat jika penyunting “hanya dipasrahi membereskan urusan-urusan
elementer”. Mungkin urusan elementer dipasrahkan saja pada “pemeriksa aksara”,
jika tugasnya hanya berkaitan dengan kata yang keliru atau adanya huruf yang
tidak tepat pada suatu kata.
Akan tetapi, apa
itu "urusan-urusan elementer" dalam sebuah naskah/tulisan? Masak, sih, makna atau arti kata
“elementer” saja perlu saya tuliskan juga?
Barangkali saya
tidak perlu merepotkan diri dengan menjelaskan arti “elementer” seakan-akan
saya sudah mahir berbahasa Indonesia. Pasalnya, sejak SD saya tidak menyukai
mata pelajaran Bahasa Indonesia, apalagi pada waktu pelajaran Mengarang, karena
saya tidak mendapatkan definisi yang asyik mengenai “mengarang”. Di Kelas III
SMP saya tidak suka mengerjakan PR Bahasa Indonesia, dan dikeluarkan dari
ruangan oleh guru Bahasa Indonesia saya pada waktu itu.
Nah, anggap saja
saya tidak mahir dalam tulis-menulis. Anggap saja saya menulis hanya untuk
melanjutkan ketidaksukaan saya pada pelajaran Bahasa Indonesia. Intinya adalah
saya gagap dalam berbahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan.
Dengan menganggap begitu
(saya tidak mahir), justru menyenangkan saya dalam pembelajaran tulis-menulis,
berkarya, dan seterusnya. Dan, selama puluhan tahun ini, anggapan semacam itu
semakin menggiatkan saya secara diam-diam untuk mencari informasi mengenai
tulis-menulis beserta konvensi-konvensinya.
Di samping itu,
tentu saja, saya selalu melakukan apa yang dikatakan oleh A.S. Laksana. Saya
berusaha menyunting tulisan saya sendiri semampu saya, bahkan sejak awal saya
menyukai hobi yang satu ini.
Menulis dan menyunting sendiri. Saya berusaha dengan keras untuk melakukan kedua hal itu. Saya tidak mau setengah-setengah atau tanggung. Tidak mungkin saya terus-menerus mengandalkan penyunting (editor), apalagi kalau si penyunting andalan meninggal dunia secara mendadak.
Menulis dan menyunting sendiri. Saya berusaha dengan keras untuk melakukan kedua hal itu. Saya tidak mau setengah-setengah atau tanggung. Tidak mungkin saya terus-menerus mengandalkan penyunting (editor), apalagi kalau si penyunting andalan meninggal dunia secara mendadak.
Sekarang, anggaplah
Anda memang menguasai bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan. Anggap juga
bahwa Anda memang kreatif dan produktif. Lantas? Ya, terserah Anda sajalah. Gitu aja kok ngepot?
*******
Beranda Khayal, 8-3-2020
*******
Beranda Khayal, 8-3-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar