Di era internet
mendekam dalam banyak ponsel pintar dan bebas berkeliaran di ranjang ini saya
masih membaca narasi-narasi basi. Sudah jelas basi, masih saja disampaikan
berulang kali. Sama sekali tidak ada restorasi dan inovasi yang menarik untuk
dianggap kekinian (up to date).
Narasi basi berarti
narasi usang. Ada usang yang benar,
tetapi membosankan kalau diusung ke masa kini. Ada narasi usang yang benar,
tetapi ngawur atau cocoklogi dipakai untuk kondisi masa kini. Ada pula narasi
salah, tetapi masih juga digembar-gemborkan hingga kini.
Saya tidak perlu
menuliskan contoh-contohnya. Narasi-narasi basi terlalu sering hilir-mudik di
layar monitor, jari-jari saya bisa keriting menuliskannya.
Saya pun tidak
perlu menyebutkan siapa narator atau institusi apa yang bernarasi basi hingga
mengulang-ulangnya itu. Narator ataupun jajarannya terlalu mudah tersinggung
lalu segera mengintimidasi, bahkan melakukan persekusi secara keroyokan, lalu
menuding bahwa saya telah memfitnah.
Di samping narasi
basi, bermunculan pula narasi pucat pasi atau narasi pasi. Narasi pasi muncul
pada situasi terkini dan apa pun yang sedang tren-heboh. Lantang dan garang.
Akan tetapi, kalau
mau duduk sebentar untuk menyimak, narasi-narasi yang lantang dan garang itu
ternyata sekilas saja. Tidak berbobot. Tidak berenergi. Tidak berdampak positif.
Retorika kosong.
Narasi pasi
bukanlah sesuatu yang langka. Para naratornya pun bukanlah orang-orang pelosok
rimba, apalagi sama sekali tanpa pernah duduk di bangku sekolah. Dan dampak
dari narator dan narasi pasinya adalah kaum zombie.
Seperti halnya
narasi basi, saya tidak akan merepotkan diri dengan memaparkan mengenai contoh
dan naratornya. Maklumlah, budaya primitif masih dihidupkan oleh banyak orang,
yaitu berkelompok, memuja tokoh, dan main keroyok.
Melalui tulisan
sepele ini saya hanya mengungkapkan secara sekilas mengenai narasi basi dan
narasi pasi. Kedua narasi ini masih mendominasi informasi-komunikasi massa dari
masa ke masa hingga di era teknologi internet mutakhir. Kelengahan atau
kelalaian merupakan pintu masuk (akses) paling potensial bagi kedua narasi ini.
Ya, anggaplah tulisan ini cuma narasi sepi/sunyi. Gampang, 'kan?
Ya, anggaplah tulisan ini cuma narasi sepi/sunyi. Gampang, 'kan?
*******
Beranda Khayal,
10-3-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar