Selasa, 17 Maret 2020

Narasi Basi dan Narasi Pasi


Di era internet mendekam dalam banyak ponsel pintar dan bebas berkeliaran di ranjang ini saya masih membaca narasi-narasi basi. Sudah jelas basi, masih saja disampaikan berulang kali. Sama sekali tidak ada restorasi dan inovasi yang menarik untuk dianggap kekinian (up to date).

Narasi basi berarti narasi usang. Ada usang yang  benar, tetapi membosankan kalau diusung ke masa kini. Ada narasi usang yang benar, tetapi ngawur atau cocoklogi dipakai untuk kondisi masa kini. Ada pula narasi salah, tetapi masih juga digembar-gemborkan hingga kini.

Saya tidak perlu menuliskan contoh-contohnya. Narasi-narasi basi terlalu sering hilir-mudik di layar monitor, jari-jari saya bisa keriting menuliskannya.

Saya pun tidak perlu menyebutkan siapa narator atau institusi apa yang bernarasi basi hingga mengulang-ulangnya itu. Narator ataupun jajarannya terlalu mudah tersinggung lalu segera mengintimidasi, bahkan melakukan persekusi secara keroyokan, lalu menuding bahwa saya telah memfitnah.

Di samping narasi basi, bermunculan pula narasi pucat pasi atau narasi pasi. Narasi pasi muncul pada situasi terkini dan apa pun yang sedang tren-heboh. Lantang dan garang.

Akan tetapi, kalau mau duduk sebentar untuk menyimak, narasi-narasi yang lantang dan garang itu ternyata sekilas saja. Tidak berbobot. Tidak berenergi. Tidak berdampak positif. Retorika kosong.  

Narasi pasi bukanlah sesuatu yang langka. Para naratornya pun bukanlah orang-orang pelosok rimba, apalagi sama sekali tanpa pernah duduk di bangku sekolah. Dan dampak dari narator dan narasi pasinya adalah kaum zombie.

Seperti halnya narasi basi, saya tidak akan merepotkan diri dengan memaparkan mengenai contoh dan naratornya. Maklumlah, budaya primitif masih dihidupkan oleh banyak orang, yaitu berkelompok, memuja tokoh, dan main keroyok.

Melalui tulisan sepele ini saya hanya mengungkapkan secara sekilas mengenai narasi basi dan narasi pasi. Kedua narasi ini masih mendominasi informasi-komunikasi massa dari masa ke masa hingga di era teknologi internet mutakhir. Kelengahan atau kelalaian merupakan pintu masuk (akses) paling potensial bagi kedua narasi ini.

Ya, anggaplah tulisan ini cuma narasi sepi/sunyi. Gampang, 'kan? 
      
*******
Beranda Khayal, 10-3-2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar