Pernah menonton
acara “Mancing Mania” di televisi, tidak? Atau, mungkin, orang terdekat yang berhobi
memancing, baik di sungai maupun laut, adakah?
Ikan merupakan
obyek utama, tetapi apakah pehobi mancing bisa disamakan dengan nelayan? Apakah
pehobi mancing merasa wajib memancing setiap hari, mendapatkan ikan dalam
jumlah banyak atau semampunya dalam kurun waktu tertentu, dan semua hasil
dibawa pulang?
Saya menyukai acara
semacam “Mancing Mania”, baik yang profesional maupun amatiran. Salah satu
adegan yang sering saya saksikan adalah pemancing profesional melepaskan hasil
pancingannya kembali ke air. Padahal, dari jenis dan ukuran ikan, pasti aduhai
jika dimasak atau dijual lho.
Adegan “mengembalikan
ikan ke habitatnya” itu seakan sedang mengolok nelayan, pemancing amatiran ataupun
kalangan miskin yang perlu perbaikan gizi. Akan tetapi, ya, namanya hobi
mancing.
Seorang kawan juga
berhobi mancing, dan berani ikut menyewa sebuah kapal untuk menjelajahi laut
selama puluhan jam. Sekian juta tidak masalah, kepuasan memancing tiada
tandingannya. Dalam satu bulan, ia biasa memancing sebanyak dua-tiga kali.
Belum lagi koleksi pancingnya yang berharga jutaan.
Kawan yang berhobi
mancing itu pun seakan mengolok nelayan dan kaum miskin. Akan tetapi lagi, ya,
hobinya mancing, siapa yang melarang, ‘kan?
Kalau pemancing
amatir, biasanya di air tawar dan beberapa kali saya saksikan di media sosial, jenis
ikan dan ukuran seberapa pun pasti dibawa pulang untuk diolah menjadi masakan
dan menu sekeluarga. Mungkin juga diberikannya pada orang-orang sekitar.
Saya belum pernah
menyaksikan hasil pancingan dikembalikan si pemancing amatir ke habitatnya,
kecuali ukuran kecil yang kurang bergengsi jika dipamerkan ke media sosial.
Pasalnya, saya juga pemancing amatir, meski sesekali pamer hasil pancingan di
media sosial.
Lantas apa
kaitannya dengan tulis-menulis atau orang yang setiap hari menekuni kegiatan
tulis-menulis?
Pernah membayangkan
pekerjaan jurnalis, penulis profesional, dan pehobi tulis-menulis, tidak? Apakah
yang terbayangkan antara profesi dan hobi itu?
Kalau jurnalis,
khususnya media cetak, tulisan merupakan kewajiban yang harus dihasilkannya,
bukan? Dalam satu hari, biasanya, ada target dalam hal jumlah yang wajib
disetorkan ke medianya, bukan?
Kalau penulis
profesional, jelas bahwa profesinya adalah penulis. Ada hak dan kewajiban secara
tertulis jika berkaitan dengan suatu kesepakatan dengan pemberi pekerjaan.
Kalau pehobi
tulis-menulis, tentu saja berbeda dengan kedua profesi (jurnalis dan penulis
profesional) itu. Hobi alias kesukaan alias kegemaran tidaklah terikat dalam
kesepakatan hak dan kewajiban sekaligus waktu terbatas dengan pihak lain.
Saya menyukai,
menggemari atau hobi menulis. Meski hobi, bukan berarti saya mau menjadi
penulis. Penulis dalam bingkai pikiran saya yang sempit ini adalah orang yang
berprofesi sebagai penulis alias penulis profesional.
Nah, ketika saya
tidak mau menjadi ataupun disebut sebagai penulis, tentu saja, alasan sudah
saya tuliskan tadi. Ya, anggap saja saya pemancing amatir semata, bahkan tidak dianggap kategori apa pun tidak lantas saya merasa dunia sudah kiamat. Gampang, ‘kan?
*******
Beranda Khayal, 12-3-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar