Saya menulis karena
terlalu sering membaca tulisan. Seperti orang berak atau kencing karena sebelumnya ia makan atau minum.
Bagaimana kalau ia makan atau minum tetapi tanpa pernah berak atau kencing? Mustahil, ‘kan? Atau, kalau saya makan nasi, mustahil, 'kan, saya akan berak berlian atau besi?
Maknanya, apa yang saya tuliskan disebabkan oleh faktor membaca tulisan, entah apa saja tulisan ini.
Bagaimana kalau ia makan atau minum tetapi tanpa pernah berak atau kencing? Mustahil, ‘kan? Atau, kalau saya makan nasi, mustahil, 'kan, saya akan berak berlian atau besi?
Maknanya, apa yang saya tuliskan disebabkan oleh faktor membaca tulisan, entah apa saja tulisan ini.
Kegiatan membaca dan
menulis saya mulai ketika :
1. Di rumah semasa
SD. Saya membaca surat dari kakak sulung (SMA-nya di Yogyakarta) untuk
orangtua, dan orangtua menyuruh saya ikut membacanya. Lalu saya mencoba menulis
surat untuk kakak sulung saya. Dan, saya sering membuat surat begitu, sama
seperti orang sedang berlatih, lalu dimasukkan ke satu amplop dengan surat
orangtua saya.
2. Di kos semasa
SMA. Saya rajin membaca buku kumpulan cerita Lupus-nya Hilman. Lalu, kelas III, saya mencoba membuat cerita
pendek segaya, dan dimuat di majalah sekolah saya.
3. Di kos semasa
kuliah. Saya rajin membaca tulisan di Majalah Humor, Tempo, Forum Keadilan, Kompas, dan lain-lain. Lalu saya pu menulis, khususnya opini dan
esai dengan gaya humor dan gaya serius.
4. Di kos semasa
akhir kuliah. Saya rajin membaca karya sastra, khususnya cerpen dan puisi. Lalu
saya menulis cerpen dan puisi.
Saya tidak sekadar
membaca untuk memahami ataupun menikmati isinya. Saya pun akan berusaha
memahami tentang penjudulan, alinea pembuka sampai alinea penutup, tata bahasa,
gaya bahasa, diksi, ejaan, dan lain-lain.
Dan saya tidak
sekadar menulis asal jadi sebuah tulisan. Saya berusaha menulis dengan baik
seperti tulisan-tulisan orang hebat sesuai dengan kesukaan (selera) saya. Saya
selalu berlatih untuk menghasilkan tulisan-tulisan yang sesuai dengan kesukaan
atau selera saya.
Di kemudian hari
tulisan-tulisan saya dimuat media massa, dan ada pula yang lolos
seleksi-kurasi, bahkan menang suatu lomba, semua itu karena saya rajin membaca
dan tekun berlatih tulis-menulis. Ibaratnya lagi, seorang balita akan berak,
tentunya ia akan belajar menempatkan posisi pantat dan kaki, yang tergantung jenis jambannya (jongkok atau duduk). Hal tersebut
dilatihnya sampai bisa menikmati kegiatan berak hingga membersihkan dirinya sendiri.
Begitu saja
sederhananya proses tulis-menulis saya. Tidak ada yang istimewa atau luar
biasa.
*******
Panggung Renung Balikpapan, 26
Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar