Saya terpaksa
menyatakan sikap saya terhadap realitas hidup beragama di Indonesia akhir-akhir
ini. Alasan saya, orang-orang yang mengenal saya tidak perlu repot menduga
sikap saya, terlebih realitas hidup beragama di Indonesia sedang “dimurnikan”
melalui banyak ujian terhadap Pancasila-Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Saya Kristen,
bernama Agustinus Wahyono (Agustinus Wahjono) bernama pena Gus Noy. Saya sering
membuka Alkitab, dan belajar mengenai kehidupan Yesus Kristus, Guru Saya. Dan,
yang saya dapatkan bahkan menjadi sikap radikal saya dari kisah hidup Guru saya
adalah :.
1. Yesus Kristus
tidak pernah menista agama lain, misalnya Budha, Hindu, Kong Hucu, ataupun
agama penguasa (Kolonial Romawi).
2. Yesus Kristus
tidak pernah mengatakan bahwa Yahudi adalah agama yang salah atau keliru.
3. Yesus Kristus
melihat kenyataan bahwa oknum-oknum ulama Yahudi melakukan praktik keliru dalam
beragama.
4. Yesus Kristus
yang kritis akhirnya dibunuh oleh oknum-oknum ulama Yahudi menggunakan tangan
penguasa (Kolonial Romawi).
5. Yesus Kristus tidak
pernah membuat surat wasiat atau pesan terakhir untuk membenci, mendendam, atau
membalas kejahatan (membunuh itu kejahatan menurut Hukum Taurat) oknum-oknum
ulama Yahudi maupun penguasa (Romawi), apalagi agama mereka.
Lima hal itu saja
yang bisa saya ungkapkan mengenai radikalisme saya. Hal lainnya, pada prinsipnya, ketika saya menganggap bahwa kebenaran saya adalah Yesus Kristus, maka saya harus hidup sebagai pantulan cahaya Kristus. Kalau saya masih saja gagal, tidaklah patut saya menilai penganut agama lain seperti apakah.
Radikalisme saya adalah menuntut diri saya sendiri sebagai murid Yesus secara prinsipal. Sederhananya begitu: diri saya sendiri. Diri saya sendiri yang takut kepada Tuhan, bukannya menakut-nakuti orang lain.
Dan tidak mudah "takut kepada Tuhan" karena lebih sering terjadi adalah takut hidup susah, takut tidak dihargai, takut tidak diakui, dan semuanya menuju diri sendiri yang takut kehilangan diri sendiri. Itulah kesalahan saya yang paling sering: takut pada diri sendiri. Padahal Tuhan baik. Dunia beserta segala isinya hanyalah ujian bagi "takut kepada Tuhan".
Radikalisme "takut kepada Tuhan" juga dengan cara menjauhi larangan-Nya, selain menjalankan perintah-Nya. Perintah-Nya juga adalah "menjauhi larangan-Nya". Seperti 10 penrintah Tuhan. Seperti hukum terutama dan utama. Tidak mudah. Tetapi Roh Kudus yang akan memudahkannya.
Semoga bisa dipahami. Terima kasih.
Radikalisme saya adalah menuntut diri saya sendiri sebagai murid Yesus secara prinsipal. Sederhananya begitu: diri saya sendiri. Diri saya sendiri yang takut kepada Tuhan, bukannya menakut-nakuti orang lain.
Dan tidak mudah "takut kepada Tuhan" karena lebih sering terjadi adalah takut hidup susah, takut tidak dihargai, takut tidak diakui, dan semuanya menuju diri sendiri yang takut kehilangan diri sendiri. Itulah kesalahan saya yang paling sering: takut pada diri sendiri. Padahal Tuhan baik. Dunia beserta segala isinya hanyalah ujian bagi "takut kepada Tuhan".
Radikalisme "takut kepada Tuhan" juga dengan cara menjauhi larangan-Nya, selain menjalankan perintah-Nya. Perintah-Nya juga adalah "menjauhi larangan-Nya". Seperti 10 penrintah Tuhan. Seperti hukum terutama dan utama. Tidak mudah. Tetapi Roh Kudus yang akan memudahkannya.
Semoga bisa dipahami. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar