Sabtu, 22 Februari 2020

Masih Belajar Menulis


Suatu hari akun media sosial saya diajak bergabung ke sebuah grup yang berkaitan dengan karya sastra. Serta-merta saya menolaknya, karena nama grup itu sangat tidak serius. Di samping itu, si pengajak belum konsisten dan konsekuen dalam berkarya sastra.

Sudah saya tolak, beberapa hari kemudian saya diajak bergabung lagi. Tentu saja saya menolak lagi.

Apakah saya angkuh gara-gara menolak ajakan tersebut?

Jujur saja, saya tidak bisa bergabung dengan sekelompok orang yang tidak konsisten dan konsekuen dalam berkarya sastra, atau tulis-menulis. Saya lebih suka bersendiri saja, dan saya telah membuat kelompok sendiri, yaitu Jaringan Penulis Sendirian (JPS).

Bagi saya, berkarya sastra atau berkegiatan tulis-menulis merupakan kegiatan belajar, berlatih, dan berproduksi. Saya sendiri masih terus belajar secara diam-diam. Kalau tidak belajar pada sastrawan atau penulis lainnya yang mumpuni, paling tidak, ya, belajar pada media internet, semisal pusat pembinaan bahasa Indonesia.

Meski bidang pendidikan akhir adalah teknik bangunan, saya tidak bisa menyepelekan pembelajaran tulis-menulis untuk diri saya sendiri, terutama kaidah-kaidah yang “wajib” saya taati. Misalnya saja, ejaan yang disempurnakan atau kata baku. Saya masih belajar perihal kaidah elementer semacam itu melalui internet.

Berkaitan dengan ajakan bergabung dengan sebuah grup tadi, beberapa persoalan “kecil” terlihat jelas. Belum lagi ketika saya sempat membaca sebagian karya  yang terpajang dengan genre tertentu. Aduhai nian!

Saya tidak mau terlibat dalam urusan kebelumtuntantasan memahami perihal tulis-menulis beserta kaidah-kaidahnya. Kalau di situs JPS masih terdapat banyak kesalahan dalam tulis-menulis, jelaslah itu kesalahan saya sendiri, apalagi saya masih belajar tulis-menulis. Tidak perlu membawa tameng “kebersamaan” untuk kesalahan diri sendiri, ‘kan?

Sekian saja dari saya.

*******
Beranda Khayal, 22-2-2020  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar