Selasa, 25 Juli 2017, aku mendapat penghiburan yang luar biasa.
1. Puisi (https://www.facebook.com/kangriboet.gondrongii/posts/793628250805997, atau http://www.litera.co.id/2017/07/26/dkkp-umumkan-hasil-seleksi-puisi/)
2. Esai (https://www.bukuindie.com/mungkinkah-menerbitkan-buku-tanpa-penerbit-dan-isbn/)
Hidup memang harus berlanjut. Aku tidak bisa berhenti untuk berkarya, meski sama sekali tidak pernah dihargai di Kota Minyak ini selama aku menjadi warganya dari 2009 sampai 2017 ini. Aku tidak pernah mendapat kesempatan dan sokongan dana untuk menghadiri acara-acara sastra regional dan nasional. Semua karena aku sadar bahwa aku bukanlah siapa-siapa di Negeri Beruang Madu ini.
Biarlah. Aku tetap akan berkarya. Berkarya adalah konsistensi dan konsekuensi, jika aku memang sedang membuat sejarahku sendiri. Bukan perhargaan yang membuat aku konsisten. Bukan penghargaan pula yang menjadi konsekuensi atas konsistenitasku berkarya.
Aku berkarya karena memang sudah begitu adanya sejak aku suka mencoret dinding di rumah ketika masih balita. Bukan karena "aku berkarya maka aku ada". Sebaliknya, "aku ada maka aku berkarya".
Tuhan memberi talenta padaku untuk aku pergunakan sebaik-baiknya. Aku akan terus menggunakan sekaligus mengasahnya agar aku semakin bisa mengucap syukur kepada-Nya. Biarlah manusia tidak menghargaiku tetapi aku menghargai talenta yang Tuhan berikan.
Dan, biarlah orang lain tidak menyukai Tuhan-ku karena memang aku dan mereka berbeda. Perbedaan bukanlah kesalahan atau kebencian, melainkan semakin membentukku berbarengan dengan karya-karyaku untuk menjadi seperti apa yang sejak semula adanya aku dalam Kitab Kehidupan.
Aku pun memulai Agustus dengan berkarya. Aku mengikuti kompetisi puisi dalam rangka Krakatau Award 2017. Aku mengikuti kompetisi artikel di Geotimes dalam rangka Hari Kemerdekaan. Aku mengikuti kompetisi opini di Jurnal Ruang, Gramedia. Dan sedang membuat cerita anak untuk kompetisi tingkat Kaltim & Kaltara.
Demikian saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar