Walau begitu aku cukup senang karena lomba cipta puisi kali ini terbilang akbar dalam sejarah lomba cipta puisi nasional karena menyuguhkan hadiah sangat menggiurkan bagi banyak penyair. Juara I mendapat Rp.3.000.000,00, Juara II mendapat Rp.2.000.000,00, dan Juara III mendapat Rp.1.000.000,00. Masing-masing juara ditambah tiket+akomodasi dari Jakarta ke Lampung.
Tidak tanggung-tanggung, peserta berjumlah 366 orang dari seluruh Indonesia. Berada pada nomor urut 7 alias 10 besar, dan tergabung dalam buku antologinya, sudah senanglah aku. Sejarah bagiku sendiri, selain puisi tersebut merupakan puisi terpanjang yang pernah kubuat.
*******
Baca :
1. http://inilampung.com/puisi-hikayat-buang-tondjam-juara-pertama-krakatau-award-2017/
2. https://www.teraslampung.com/ini-47-judul-puisi-nomine-pemenang-lomba-cipta-puisi-krakatau-award-2017/
*******
Dari status Fb Udo Z. Karzi, 14 Agustus 2017:
SELAMAT, SELAMAT kepada Rahmad Saleh, Alex R. Nainggolan, Rahmat Sudirman, dan 47 nominasi yang berjaya
dalam Krakatau Award 2017.
https://www.teraslampung.com/rahmad-saleh-menangi-lomba-ci…/
https://www.teraslampung.com/rahmad-saleh-menangi-lomba-ci…/
Berikut Pemenang dan Nominasi Krakatau Award 2017 selengkapnya:
Juara I: Hikayat Buang Tondjam” karya Rahmad Saleh (Bandar
Lampung)
Juara II: Pantai Mutun karya Alexander Robert Nainggolan (Tangerang, Banten)
Juara III: Ihwal Secangkir Negeri karya Rahmat Sudirman (Kalianda, Lampung Selatan)
Juara II: Pantai Mutun karya Alexander Robert Nainggolan (Tangerang, Banten)
Juara III: Ihwal Secangkir Negeri karya Rahmat Sudirman (Kalianda, Lampung Selatan)
47 karya puisi Nominasi:
1. Hikayat di Tulang Bawang, Muhammad Daffa (Banjar Baru)
2. Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai, Benekditus Agung (Yogyakarta)
3. Cuaca Jernih dan Kawan Berdatangan, Joko Setyo Nugroho (Lampung Timur)
4. Senja di Teluk, I Nyoman Sukaya (Bali)
5. Yang Kuingat Hanya Lampung si Jelita, Drs. Ahmad Anuf Chafiddi (Surabaya)
6. Sekura di Mataku, Neni Yulianti (Kota Cirebon)
7. Selembar Daun Sahang Mencari Serambut Akar, Agustinus Wahjono (Balikpapan)
8. Bakauheni, Kaki Krakatau, dan Seribu Kenangan Tentangmu, CHR Eti Hemawati (Semarang)
9. Mengepal Kenang, Bambang Widiatmoko (Bekasi)
10. Dalam Ketinggian Musim Krakatau, Budi Saputra (Padang)
11. Di Tanjung Bintang Saat Senyum dan Rindu Menjadi Sekeras Batu, Rusdi (Kebumen)
12. Kampung Halaman, Kata Pelengkap Sajak, Marsten L. Tarigan (Searang)
13. Kenang-kenang di Pulau Pisang: Yang Lampau Yang Sekarang, Prahayanti Ainia (Depok)
14. Berkelana ke Negeri Lampung, Arif Hukmi (Bombana, Sulawesi Tenggara)
15. Nak (Sagata yang Gagal Tercipta), M. Insyafani (Way Kanan)
16. Lelaki Sekura, Riduan Hamsyah (Banten)
17. Ziarah Sunyi: Kepada Dayang Rindu, Adam Yudhistira (Muara Enim, Sumsel)
18. Kapa yang Berlari dari Laut, Yana Risdiana (Bandung)
19. Kaldera Tua: Ketika Aku Jatuh, Elok Teja Suminar (Bandar Lampung)
20. Mozaik Lampung, Zakiyah Azzahra (Abung Selatan)
21. Sigeh Penguten, Robi Akbar (Bandar Lampung)
22. Di Pelabuhan Bakauheni Sayang Impian-Harapan Mengalir Tiada Henti, Akhmad Sekhu (Tegal)
23. Sekura Kamak, Vebri Yana (Lampung Barat)
24. Sebelas Gajah di Puncak Pesagi, Djuhardi Basri (Kotabumi)
25. Tamasya Keluarga dan Sedikit Catatan Lampung dalam Protret Pembangunan, Nanang R. Supriyatin (Jakarta)
26. S(u)atu Waktu – Tersesat di Bandar Ulun, Alek Brawijaya (Muba, Sumsel)
27. Di Pugung Raharjo, Dadang Ari Murtono (Mojokerto, Jawa Tiur)
28. Sejuta Rindu untuk Lampung, Thamrin Effendi (Kotabumi)
29. Mutiara-Mutiara di Tanah Lampung, Nurlaela Isnawati (Kebumen)
30. Di Teluk Kiluan Aku Bersaksi, Nurul Muslimin (Yogyakarta)
31. Diorama Gerbang Andalas, Sami’an (Jember)
32. Malam di Selat Sunda, Syarifuddin Arifin (Padang)
33. Surat untuk Bakauheni, Seruni Tri Padmini (Solo)
34. Pulau Kubur, M Ibrahim MH (Yogyakarta)
35. Way Linti dan Upacara Pengantin Lampung, Heru Mulyadi (Banjarnegara)
36. Pada Kain Tapismu Tumbuh Pohon Hayat, Wayan Jengki Sunarta (Bali)
37. Janin Batu, Endang Supriadi (Depok)
38. Tahiyatul Lampung, Ahmad Musabbih (Tegal)
39. Kidung Pulau Sebuku, Nuwail (Sumenep)
40. Gelombang Kejut, Edi Supranoto (Banyumas)
41. Tamasya Sebatang Roh di Kedalaman Rahim Lampung, Ahmad Ijazi Hasbullah (Pekanbaru)
42. Nama-nama Benda dalam Searah Percakapan Makan Malam, Fina Lanahdiana (Kendal)
43. Ketika Perahu dan Pantai Jadi Satu, Ikal Hidayat Noor (Tuban)
44. Narasi Sebiji Kopi, Anton Kurniawan (Lampung Utara)
45. Di Teluk Kiluan dan Isyarat-isyarat yang Samar, Budhi Setyawan (Bekasi)
46. Persaksian Tanah Tanjung—tanah lampung, Khalili (Madura)
47. Belantara Gagah Rajabasa, Abizar Purama (Gresik)
1. Hikayat di Tulang Bawang, Muhammad Daffa (Banjar Baru)
2. Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai, Benekditus Agung (Yogyakarta)
3. Cuaca Jernih dan Kawan Berdatangan, Joko Setyo Nugroho (Lampung Timur)
4. Senja di Teluk, I Nyoman Sukaya (Bali)
5. Yang Kuingat Hanya Lampung si Jelita, Drs. Ahmad Anuf Chafiddi (Surabaya)
6. Sekura di Mataku, Neni Yulianti (Kota Cirebon)
7. Selembar Daun Sahang Mencari Serambut Akar, Agustinus Wahjono (Balikpapan)
8. Bakauheni, Kaki Krakatau, dan Seribu Kenangan Tentangmu, CHR Eti Hemawati (Semarang)
9. Mengepal Kenang, Bambang Widiatmoko (Bekasi)
10. Dalam Ketinggian Musim Krakatau, Budi Saputra (Padang)
11. Di Tanjung Bintang Saat Senyum dan Rindu Menjadi Sekeras Batu, Rusdi (Kebumen)
12. Kampung Halaman, Kata Pelengkap Sajak, Marsten L. Tarigan (Searang)
13. Kenang-kenang di Pulau Pisang: Yang Lampau Yang Sekarang, Prahayanti Ainia (Depok)
14. Berkelana ke Negeri Lampung, Arif Hukmi (Bombana, Sulawesi Tenggara)
15. Nak (Sagata yang Gagal Tercipta), M. Insyafani (Way Kanan)
16. Lelaki Sekura, Riduan Hamsyah (Banten)
17. Ziarah Sunyi: Kepada Dayang Rindu, Adam Yudhistira (Muara Enim, Sumsel)
18. Kapa yang Berlari dari Laut, Yana Risdiana (Bandung)
19. Kaldera Tua: Ketika Aku Jatuh, Elok Teja Suminar (Bandar Lampung)
20. Mozaik Lampung, Zakiyah Azzahra (Abung Selatan)
21. Sigeh Penguten, Robi Akbar (Bandar Lampung)
22. Di Pelabuhan Bakauheni Sayang Impian-Harapan Mengalir Tiada Henti, Akhmad Sekhu (Tegal)
23. Sekura Kamak, Vebri Yana (Lampung Barat)
24. Sebelas Gajah di Puncak Pesagi, Djuhardi Basri (Kotabumi)
25. Tamasya Keluarga dan Sedikit Catatan Lampung dalam Protret Pembangunan, Nanang R. Supriyatin (Jakarta)
26. S(u)atu Waktu – Tersesat di Bandar Ulun, Alek Brawijaya (Muba, Sumsel)
27. Di Pugung Raharjo, Dadang Ari Murtono (Mojokerto, Jawa Tiur)
28. Sejuta Rindu untuk Lampung, Thamrin Effendi (Kotabumi)
29. Mutiara-Mutiara di Tanah Lampung, Nurlaela Isnawati (Kebumen)
30. Di Teluk Kiluan Aku Bersaksi, Nurul Muslimin (Yogyakarta)
31. Diorama Gerbang Andalas, Sami’an (Jember)
32. Malam di Selat Sunda, Syarifuddin Arifin (Padang)
33. Surat untuk Bakauheni, Seruni Tri Padmini (Solo)
34. Pulau Kubur, M Ibrahim MH (Yogyakarta)
35. Way Linti dan Upacara Pengantin Lampung, Heru Mulyadi (Banjarnegara)
36. Pada Kain Tapismu Tumbuh Pohon Hayat, Wayan Jengki Sunarta (Bali)
37. Janin Batu, Endang Supriadi (Depok)
38. Tahiyatul Lampung, Ahmad Musabbih (Tegal)
39. Kidung Pulau Sebuku, Nuwail (Sumenep)
40. Gelombang Kejut, Edi Supranoto (Banyumas)
41. Tamasya Sebatang Roh di Kedalaman Rahim Lampung, Ahmad Ijazi Hasbullah (Pekanbaru)
42. Nama-nama Benda dalam Searah Percakapan Makan Malam, Fina Lanahdiana (Kendal)
43. Ketika Perahu dan Pantai Jadi Satu, Ikal Hidayat Noor (Tuban)
44. Narasi Sebiji Kopi, Anton Kurniawan (Lampung Utara)
45. Di Teluk Kiluan dan Isyarat-isyarat yang Samar, Budhi Setyawan (Bekasi)
46. Persaksian Tanah Tanjung—tanah lampung, Khalili (Madura)
47. Belantara Gagah Rajabasa, Abizar Purama (Gresik)
Bandar Lampung, 14 Agustus 2017
Dewan Juri
Ari Pahala Hutabarat
Isbedy Stiawan ZS
Syaiful Irba Tanpaka
Ari Pahala Hutabarat
Isbedy Stiawan ZS
Syaiful Irba Tanpaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar