Minggu, 02 Juli 2017

Arif er Rahman di Rumah Sakit dan Saya Keluar dari Pertapaan

Lebaran 1438 H atau 2017 M adalah awal saya keluar dari “pertapaan”. Ada niatan untuk kembali mengunjungi beberapa orang yang pernah saya kenal dalam masa keaktifan saya berkesenian (tulis-menulis) sebelum 18 Oktober 2014. Salah seorang di antaranya adalah Arif er Rahman–seorang redaktur tetap di Harian Tribun Kaltim.

Kalau pada lebaran tahun sebelumnya saya hanya mengirimkan pesan singkat (SMS) sebagai ganti atas ketidakhadiran saya, lebaran kali ini saya sengaja tidak mengirimkan SMS karena saya berniat hadir di rumahnya.

Di Fb saya memang menghapus pertemanan dengan Arif karena saya mau fokus berkarya saja setelah lelah menghadapi kenyataan sampai 18 Oktober 2014 itu (baca juga Sengaja Menghapus Pertemanan di Media Sosial). SMS terakhir (masih saya simpan) dengan Arif adalah ketika saya menang lomba esai 2016 karena, ternyata, Arif anggota dewan juri, termasuk Sofie.

"Tulisan Gus Noy paling menonjol dan sangat esai. Selamat," katanya pada 10 November 2016, pukul 13.54 WITA, meski ketika lomba aku tidak mencantumkan nama dan simbol-simbol tertentu sebagai penanda siapa penulisnya.

Lebaran hari ke-3, ketika itu saya mulai keluar, yaitu ke rumah Alfian Syah di Manggar. Di sana saya dan Alfian berniat mengunjungi Arif. Jam berapanya, Alfian berjanji akan mengabari. Ternyata tidak ada kabar.

Ya, sudah. Saya tidak bisa-biasa melanggar janji dengan orang lain. Mending tidak berjanji daripada akhirnya dilanggar/ingkari.

Bang, bang arif kena stroke. Sekarang lagi di rawat di rskd. Ini aku mau jenguk dia,” tulis Alfian di kotan pesan Fb pada 1 Juli 2017 pukul 11.52 WITA.

Aduh!

Keadaan koma bang. Nda ke rskd kah bang? Aku mau ke sana ini.”

Saya segera menyiapkan diri untuk menjenguk Arif di RS Kanujoso Djatiwibowo. Pukul 12.15 saya langsung berangkat dengan tidak membawa ponsel. Saya pikir, nanti bisa langsung saya tanya ke bagian informasi di rumah sakit.

Memasuki gedung baru yang di lantai dua-nya Arif terbaring, saya sempat bertemu Agus Sudiarsa, Nina (istrinya Agus Sudiarsa) dan Dewi (istrinya Wisnu Lubis). Saya langsung menanyakan kamar rawat Arif pada Agus Sudiarsa. “Ada di Ruang Teratai Lantai Dua, Bang,” jawab Agus Sudiarsa.

Sebelum beranjak ke lantai dua, saya bersalaman dengan Nina dan Dewi. Mereka pangling karena penampilan saya berubah. Rambut pendek, dan badan kurus. Ya, terakhir ketemu mereka pada 2014 dengan rambut gondrong dan badan gempal.

Keluar dari lift lantai dua saya bertemu Lukman Hakim dan entah siapa lagi. Saya tidak sempat berjabatan untuk mengucapkan “Mohon Maaf Lahir dan Batin” karena fokus saya menjenguk Arif. Saya pikir, nanti saja dulu, setelah menemui Arif, barulah saya akan menemui mereka.

Di pintu Ruang Teratai saya melihat Mbak Ning, istrinya Arif. Di dekat situ terlihat Cita sedang duduk di lantai dengan tiga orang kawan, entah siapa. Saya mengucapkan salam dan “Mohon Maaf Lahir dan Batin” dengan menyebutkan nama saya karena penampilan saya berubah setelah sempat berlebaran ke rumah mereka pada 2013 (lebaran 2014 saya sedang berada di Kupang, NTT, dan hanya bisa mengucapkan via SMS). Lalu saya segera ke ruang Arif.  

Arif tergeletak. Masih dalam kondisi tidak sadarkan diri. Peralatan medis berada di muka dan lengannya. Saya tidak bisa mengucapkan apa-apa selain tertegun. Hanya doa mengalir dalam hati saya.

Sekian menit kemudian saya keluar, dan menemui Mbak Ning, Cita, dan lain-lain. Saya pun menyapa Cita, bersalaman, dan mengucapkan “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Cita sangat pangling sebab ngobrol terakhir dengan Cita dalam acara IAI pada 2013.

Lalu saya beranjak sejenak untuk menemui Lukman Hakim. Rupanya, Lukman Hakim sudah tidak terlihat. Ya, sudah, saya kembali bersama Cita, ngobrol lagi.

Lebih satu jam berselang, Alfian pun datang. Dan seterusnya, sampai dua jam lebih saya berada di rumah sakit.

*******

Panggung Renung Balikpapan, 2 Juli 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar