Catatan cacat
semacam ini pernah saya tuliskan, dan pajang di media sosial. Saya sendiri,
sebenarnya, bosan menulis ulang, baik secara utuh maupun cuplikannya. Saya
‘terpaksa’ menyampaikannya lagi, berkaitan permintaan beberapa kawan mengenai
tulis-menulis.
Terus terang, saya
tidak memiliki rumusan baku atau jurus jitu mengenai tulis-menulis. Tulisan
saya sangat jarang sudi dimuat media massa cetak. Dari sekian ratus, bahkan
ribu, tulisan saya cenderung sekadar iseng. Tentu saja, tidak akan pernah ada
rumusan atau jurus menulis secara iseng, ‘kan?
Mengapa begitu?
Kegemaran saya adalah menggambar, bukan menulis. Pada waktu SD saya selalu
menggambar, termasuk mencoret buku-buku pelajaran saya, bahkan milik kawan
sebangku saya. Tidak pernah saya menulis sebuah kisah, minimal curahan hati
galau, pada buku-buku pelajaran SD dulu.
Ah, terlalu panjang
dan mengulang lagi kalau saya harus menulis perjalanan kata-kata saya. Intinya
saja, saya tidak pernah mengambil kegiatan khusus tulis-menulis. Titik.
Bahwa kemudian,
juga beberapa kali, saya diminta untuk mengajari perihal tulis-menulis, saya
heran. Bukannya heran terhadap permintaan itu, melainkan heran terhadap diri
saya sendiri; sejak kapan saya belajar tulis-menulis secara khusus hingga
sekarang mereka menyangka saya memiliki rumusan atau jurus jitu.
Saya tidak pernah
‘berguru’ pada seorang penulis pun. Kalau bergurau, itu jelas berbeda
urusannya. Lantas, tanpa ada pembimbing atau pembelajaran khusus, bagaimana
saya bisa mengajari kawan-kawan mengenai tulis-menulis, ‘kan?
Mungkin di antara
kawan saya ada seseorang yang bertanya dalam hati, bagaimana saya selalu
leluasa melakukan kegiatan tulis-menulis, bahkan… Sudahlah, tidak perlu
bertele-tele.
Terus terang lagi,
dulu saya terlalu suntuk membaca, termasuk membaca novel tipis yang dikarang
oleh Enny Arrow. Porno, ya? Lho, iya dong! Saya berterus terang di sini.
Setelah terlalu
suntuk, isi otak saya “tumpah”. Apa yang saya baca, itulah yang kemudian
tumpah. Kalau saya membaca buku komik, jelas saja, yang saya hasilkan adalah
komik, meskipun komik tidak pernah selesai saya buat. Kalau sejenis novelnya
Enny Arrow, bagaimana? Itu rahasia dong! Tidak semua yang saya baca itu harus
saya tuliskan seperti atau mirip dengan bacaan saya. Paham kamsud saya, ‘kan?
Nah, kalau ada
kawan atau komunitas meminta saya mengajari perihal tulis-menulis, saya selalu
kebingungan untuk memulainya. Saya ini arsitek, dan pembuat karikatur pesanan.
Garis tangan saya sudah jelas-gamblang, dan tertera pada ijazah terakhir saya.
Mengapa malah meminta saya mengajari perihal tulis-menulis, ya?
Dalam kebingungan
semacam itu, biasanya, muncul pertanyaan dalam diri saya, tidak kelirukah
permintaan mereka tertuju pada saya. Jangan-jangan, justru saya yang sedang,
kebetulan, berada di posisi keliru sehingga menjadi sasaran ‘tembak’ permintaan
mereka. Aduh, Mak!
*******
Panggung Renung Balikpapan, 3-3-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar