Sabtu, 27 April 2019

Tidak Ada yang Gratis dalam Profesionalisme

Apa profesi Anda? Berapa jam Anda benar-benar melaksanakan profesi Anda? Apakah Anda mendapat upah dari profesi Anda? Apakah Anda menikmati profesi dan upah Anda?

Menurutku, setiap orang memiliki alasan masing-masing untuk berprofesi atau melaksanakan pekerjaan. Tidak perlu munafik jika upah, gaji, tunjangan, honor, atau kompensasi menjadi penting. Terlebih, harga barang dan jasa selalu meningkat, meski sekian persen saja.

Arti Kamus
Kebetulan di rumah ada beberapa kamus bahasa Inggris-Indonesia. Aku menggunakan kamus yang baru kutemukan di rka buku keluarga. Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesian Dictionary karangan Drs. Peter Salim, M. A., yang diterbitkan oleh Modern English Press, Jakarta, 2000, dan terdapat pada hlm. 1155.

Profesi (Profession) adalah pekerjaan; jabatan yang membutuhkan pendidikan khusus.

Profesional (Professional) adalah 1. Berkenaan dengan jabatan atau profesi; 2. Ahli; bayaran.

Profesionalisme (Professionalism) adalah ciri-ciri, semangat, atau metode profesional.

Pekerjaanku
Kebetulan aku memiliki usaha penerbitan buku. Buku-buku kuterbitkan adalah karya-karyaku sendiri, sebelum kuterbitkan buku novelnya Alfiansyah (2019).

Yang kukerjaan terhadap buku-bukuku ialah :
1. Menulis, baik fiksi maupun non-fiksi.
Biasanya, kalau menulis merupakan pekerjaan, maka profesiku adalah penulis. Seorang penulis akan menerima upah dari hak ciptanya, yang dikenal dengan istilah “royalti”. Namun aku tidak merasa sebagai penulis.

2. Menggambar, baik sampul, isi (kartun), maupun ilustrasi isi.
Biasanya, orang yang bekerja di bidang ini disebut pelukis, desainer grafis, atau ilustrator. Masing-masing menerima upah sesuai dengan kesepakatan. Sementara, untuk dua buku kumpulan kartunku, biasanya, aku disebut kartunis, dan di situ ada “royalti”.

3. Mengumpulkan, memilah, dan memilih karya.
Biasanya, orang yang melakukan pekerjaan ini disebut penyunting (editor). Seorang penyunting menerima upah yang sesuai dengan kesepakatan.

4. Memeriksa aksara dan menyesuaikan kata.
Biasanya, orang yang melakukan pekerjaan ini disebut penyunting (editor) atau pemeriksa aksara.

5. Menyusun, dan menata dengan gambar.
Biasanya, orang yang melakukan pekerjaan ini disebut penata artistik (layouter).

6. Mengurus International Serial Book Number (ISBN) ke Perpustakaan Nasional RI.
Biasanya, orang yang melakukan pekerjaan ini disebut redaktur atau administrator penerbitan. ada upah untuk seorang administrator.

7. Mengurus pencetakan
Biasanya, orang yang melakukan pekerjaan ini disebut administrator. Ada upah tersendiri untuk administrator.

8. Membiayai sendiri atau mencari donatur
Biasanya, orang yang melakukan pekerjaan ini disebut pemilik penerbitan (penerbit). Penerbit mendapat upah melalui terbitan yang terjual, dan sponsor jika beriklan.

Pekerjaanku yang Sesungguhnya
Untuk mencapai tataran tertentu, paling tidak, seseorang memiliki kemampuan khusus, berkaitan dengan bidang masing-masing. Penulis, ilustrator, desainer grafis, penata artistik, editor, pemeriksa aksara, dan seterusnya.

Dari kedelapan pekerjaan di atas, apakah pekerjaanku sesungguhnya, atau yang paling tepat?

Berikutnya, berapa rupiah yang sepatutnya kuterima dengan pekerjaan itu?

Apakah Anda bisa membayangkan pula, bagaimana aku melakukan pekerjaan-pekerjaan itu?

Investasi Hidup
Aku menginvestasikan hidupku dengan apa saja yang kukerjakan, dari tahap belajar, berlatih, berlomba, dan seterusnya. Kesemuanya tidak bisa kukelola dalam satu minggu, satu bulan, atau satu tahun.

Bertahun-tahun aku menggambar. Bertahun-tahun aku membaca. Bertahun-tahun aku menulis. Bertahun-tahun aku mengikuti perlombaan. Bertahun-tahun… Ya, waktu yang panjang untuk kemudian menyatu dalam bentuk sebuah buku.

Apakah semua itu gratis?

Menggambar saja aku harus mengikuti bimbingan belajar menggambar di Bandung, meskipun aku merasa memiliki bakat menggambar. Belum lagi menulis yang diam-diam kulakukan sejak zaman mahasiswa, bukan?

Bisakah Anda menghitung, berapa rupiah yang telah kuinvestasikan untuk semua itu? Apakah Anda berani memasukkan hal-hal, misalnya konsumsi, transportasi, akomodasi, dan seterusnya?

Berhitung
Apa? Anda minta gratisan untuk apa yang telah kuinvestasikan selama puluhan tahun?

Ya, lebih sepuluh tahun aku menginvestasikan hidupku untuk mengolah dan mengelola kemampuan. Aku masih terus menggambar. Aku masih terus menulis. Aku masih terus belajar, mencari referensi, dan seterusnya. Waktu, pikiran, tenaga, bahkan dana  telah kuinvestasikan untuk meningkatkan kemampuanku.

Sekarang aku sudah berumah tangga atau memiliki keluarga. Dalam kehidupan berumah tangga, ada kebutuhan sehari-hari. Tidak ada yang gratis untuk semua itu, apalagi biaya hidup di Balikpapan tergolong tinggi.

Sekarang aku sudah mematok harga, khususnya jasa. Dengan definisi kata “profesi”, “profesional”, dan “profesionalisme”, dan istilah “investasi hidup”, aku “wajib” mengingatkan Anda mengenai “sebuah harga”. Bukankah Anda pun selalu menuntut “sebuah harga” untuk diri Anda sendiri?  

Sementara aku belum pernah mendapat subsidi dari pemerintah, entah kebutuhan hidup ataupun dana pembinaan. Bahkan, meski belasan buku berisi karya tunggalku sudah terdapat di perpustakaan daerah, tetap saja aku tidak pernah mendapat apa-apa, minimal “penghargaan” yang sepadan.

Jadi, marilah kita berhitung bersama-sama. Akan tetapi, terlalu naif, picik, atau sempit jika Anda menuduh aku mencari untung. Kalau hanya mencari untung, lebih baik aku berdagang sembako saja!

*******
Pinggir Panggung Renung, 27/4/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar