Apa profesi Anda? Berapa
jam Anda benar-benar melaksanakan profesi Anda? Apakah Anda mendapat upah dari
profesi Anda? Apakah Anda menikmati profesi dan upah Anda?
Menurutku, setiap
orang memiliki alasan masing-masing untuk berprofesi atau melaksanakan
pekerjaan. Tidak perlu munafik jika upah, gaji, tunjangan, honor, atau
kompensasi menjadi penting. Terlebih, harga barang dan jasa selalu meningkat,
meski sekian persen saja.
Arti Kamus
Kebetulan di rumah
ada beberapa kamus bahasa Inggris-Indonesia. Aku menggunakan kamus yang baru
kutemukan di rka buku keluarga. Salim’s
Ninth Collegiate English-Indonesian Dictionary karangan Drs. Peter Salim,
M. A., yang diterbitkan oleh Modern English Press, Jakarta, 2000, dan terdapat
pada hlm. 1155.
Profesi (Profession) adalah pekerjaan; jabatan yang membutuhkan pendidikan khusus.
Profesional (Professional) adalah 1. Berkenaan dengan jabatan atau profesi;
2. Ahli; bayaran.
Profesionalisme (Professionalism) adalah ciri-ciri,
semangat, atau metode profesional.
Pekerjaanku
Kebetulan aku
memiliki usaha penerbitan buku. Buku-buku kuterbitkan adalah karya-karyaku
sendiri, sebelum kuterbitkan buku novelnya Alfiansyah (2019).
Yang kukerjaan
terhadap buku-bukuku ialah :
1. Menulis, baik
fiksi maupun non-fiksi.
Biasanya, kalau
menulis merupakan pekerjaan, maka profesiku adalah penulis. Seorang penulis
akan menerima upah dari hak ciptanya, yang dikenal dengan istilah “royalti”. Namun
aku tidak merasa sebagai penulis.
2. Menggambar, baik
sampul, isi (kartun), maupun ilustrasi isi.
Biasanya, orang
yang bekerja di bidang ini disebut pelukis, desainer grafis, atau ilustrator. Masing-masing
menerima upah sesuai dengan kesepakatan. Sementara, untuk dua buku kumpulan
kartunku, biasanya, aku disebut kartunis, dan di situ ada “royalti”.
3. Mengumpulkan,
memilah, dan memilih karya.
Biasanya, orang
yang melakukan pekerjaan ini disebut penyunting (editor). Seorang penyunting
menerima upah yang sesuai dengan kesepakatan.
4. Memeriksa aksara
dan menyesuaikan kata.
Biasanya, orang
yang melakukan pekerjaan ini disebut penyunting (editor) atau pemeriksa aksara.
5. Menyusun, dan
menata dengan gambar.
Biasanya, orang
yang melakukan pekerjaan ini disebut penata artistik (layouter).
6. Mengurus
International Serial Book Number (ISBN) ke Perpustakaan Nasional RI.
Biasanya, orang
yang melakukan pekerjaan ini disebut redaktur atau administrator penerbitan. ada upah untuk seorang administrator.
7. Mengurus pencetakan
Biasanya, orang
yang melakukan pekerjaan ini disebut administrator. Ada upah tersendiri untuk administrator.
8. Membiayai
sendiri atau mencari donatur
Biasanya, orang
yang melakukan pekerjaan ini disebut pemilik penerbitan (penerbit). Penerbit mendapat upah melalui terbitan yang terjual, dan sponsor jika beriklan.
Pekerjaanku yang Sesungguhnya
Untuk mencapai
tataran tertentu, paling tidak, seseorang memiliki kemampuan khusus, berkaitan
dengan bidang masing-masing. Penulis, ilustrator, desainer grafis, penata
artistik, editor, pemeriksa aksara, dan seterusnya.
Dari kedelapan
pekerjaan di atas, apakah pekerjaanku sesungguhnya, atau yang paling tepat?
Berikutnya, berapa
rupiah yang sepatutnya kuterima dengan pekerjaan itu?
Apakah Anda bisa
membayangkan pula, bagaimana aku melakukan pekerjaan-pekerjaan itu?
Investasi Hidup
Aku
menginvestasikan hidupku dengan apa saja yang kukerjakan, dari tahap belajar,
berlatih, berlomba, dan seterusnya. Kesemuanya tidak bisa kukelola dalam satu
minggu, satu bulan, atau satu tahun.
Bertahun-tahun aku
menggambar. Bertahun-tahun aku membaca. Bertahun-tahun aku menulis. Bertahun-tahun
aku mengikuti perlombaan. Bertahun-tahun… Ya, waktu yang panjang untuk kemudian
menyatu dalam bentuk sebuah buku.
Apakah semua itu
gratis?
Menggambar saja aku
harus mengikuti bimbingan belajar menggambar di Bandung, meskipun aku merasa
memiliki bakat menggambar. Belum lagi menulis yang diam-diam kulakukan sejak
zaman mahasiswa, bukan?
Bisakah Anda
menghitung, berapa rupiah yang telah kuinvestasikan untuk semua itu? Apakah
Anda berani memasukkan hal-hal, misalnya konsumsi, transportasi, akomodasi, dan
seterusnya?
Berhitung
Apa? Anda minta
gratisan untuk apa yang telah kuinvestasikan selama puluhan tahun?
Ya, lebih sepuluh
tahun aku menginvestasikan hidupku untuk mengolah dan mengelola kemampuan. Aku
masih terus menggambar. Aku masih terus menulis. Aku masih terus belajar,
mencari referensi, dan seterusnya. Waktu, pikiran, tenaga, bahkan dana telah kuinvestasikan untuk meningkatkan
kemampuanku.
Sekarang aku sudah berumah
tangga atau memiliki keluarga. Dalam kehidupan berumah tangga, ada kebutuhan
sehari-hari. Tidak ada yang gratis untuk semua itu, apalagi biaya hidup di
Balikpapan tergolong tinggi.
Sekarang aku sudah
mematok harga, khususnya jasa. Dengan definisi kata “profesi”, “profesional”,
dan “profesionalisme”, dan istilah “investasi hidup”, aku “wajib” mengingatkan
Anda mengenai “sebuah harga”. Bukankah Anda pun selalu menuntut “sebuah harga”
untuk diri Anda sendiri?
Sementara aku belum
pernah mendapat subsidi dari pemerintah, entah kebutuhan hidup ataupun dana
pembinaan. Bahkan, meski belasan buku berisi karya tunggalku sudah terdapat di
perpustakaan daerah, tetap saja aku tidak pernah mendapat apa-apa, minimal “penghargaan”
yang sepadan.
Jadi, marilah kita
berhitung bersama-sama. Akan tetapi, terlalu naif, picik, atau sempit jika Anda
menuduh aku mencari untung. Kalau hanya mencari untung, lebih baik aku berdagang
sembako saja!
*******
Pinggir Panggung Renung,
27/4/2019