Rabu, 27 Maret 2019

Satu Calon Buku Kuselesaikan Lagi


Kamis berazan Subuh dari beberapa masjid. Udara masih basah karena selepas Magrib sempat hujan. Kukuruyuk-kukuruyuk bersahutan dengan miaw-miaw seekor anak kucing entah di mana.

Aku baru mengirimkan permohonan ISBN untuk calon bukuku, “Sang Pengendara Aksara”. Buku ke-3 untuk resolusi 2019. Dalam buku ini terdapat 23 artikel seputar kegiatan tulis-menulis, dan berstempel "Pilihan" di Kompasiana.Com. Semua sudah siap naik cetak, kecuali uang untuk biaya pencetakannya.


Tidak perlu menanyakan soal uang itu. Aku hanya bisa mengimani bahwa uang akan ada dengan sendirinya. Bukan karena uang maka aku kemudian menyiapkan apa pun. Uang urusan Tuhan, aku hanya melakukan apa yang bisa kulakukan.

Lalu, bagaimana dengan buku ke-2, “Surga Siap Saji”? Belum kuajukan permohonan ISBN karena ilustrasi isi belum kupindai. Beberapa ilustrasi akan mengubah halaman sehingga belum bisa kucantumkan halaman yang pasti di Daftar Isi. Untuk pengajuan ISBN dan KDT, aku harus memastikan jumlah halamannya.

Ya, resolusi 2019 yang kuimani pada akhir 2018 adalah terbitnya tujuh bukuku. Semua bukuku pada 2019 berupa kumpulan artikelku yang berstempel “Pilihan” (Highlight) dan “Artikel Utama” (Headline) di Kompasiana.Com. Berapa dana yang harus kusiapkan? Lagi, Tuhan yang akan memberikannya. Bagaimana caranya? Urusan Tuhan, biarkan saja.

Aku memang berupaya menyiapkan apa yang bisa kulakukan, khususnya untuk calon buku-bukuku. Untuk membuat satu buku saja, bukan pekerjaan yang mudah dan singkat, semisal dua hari selesai. Meski sampulnya sudah jadi, aku pasti membenahinya sampai siap naik cetak.

Sekarang mumpung ada waktu sebelum buku novel “Setiap Malam adalah Sepi”-nya Alfiansyah datang dari sebuah percetakan di Jawa. Kalau buku novel itu datang, aku harus pergi lagi ke Kupang untuk menyelesaikan pekerjaan arsitekturku yang tertunda. Elcid sudah mengabarkan bahwa aku harus kembali, tetapi beri tahu waktunya.

Mau-tidak mau aku harus pergi, meski berat kutinggalkan Balikpapan, termasuk acara peluncuran novelnya Alfian. Pergi juga, bagiku, waktu yang tepat untuk menjemput rezeki dari Tuhan sehingga aku bisa membiayai pencetakan buku-bukuku.


Tujuh bukuku harus terbit sesuai dengan resolusiku. Untuk apa jika semuanya terbit? Untuk mewujudkan keinginanku dalam pengabadian karya berbentuk buku. Buku-buku yang berisi artikel tematis. Arsitek dan arsitektur. Seputar dunia tulis-menulis. Artikel utama yang perlu pemikiran “lebih”. Tentang korupsi. Tentang sastra dan sudut-sudutnya. Dan seterusnya.

Terus terang, kalau nanti berada di Kupang, aku pasti sibuk berurusan dengan perancangan dan pembangunan. Jiwa dan raga pasti capai ("capek" tidak baku). Aku harus menyiapkannya sebelum capai menderaku. Risiko yang sudah biasa. Mujurnya, novel Alfian sudah selesai.

Sirine pkl.06.00 WITA sudah berbunyi. Kukuruyuk masih bersahut-sahutan. Kicau seekor kutilang liar sudah membuka pagi yang mendung.

Aku harus mengakhiri tulisan sepele ini karena sudah waktuku untuk tidur. Tidur sambil menunggu paket buku novel Alfian datang. Semoga buku novel Alfian membuka kemungkinan-kemungkinan yang positif dan potensial untuk kebaikan bersama sebelum kelak aku tidak mampu pergi ke mana-mana lagi.

*******
Pinggir Panggung Renung, 28/03/2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar