Senin, 25/3/2019.
Pkl. 00.45 WITA. Udara basah, sisa hujan Minggu sore. Nyanyian jangkrik. Musik
kendaraan.
Aku sudah
menyelesaikan ilustrasi untuk calon bukuku, “Surga Siap Saji”–sebuah kumpulan “Artikel
Utama” di Kompasiana.Com. Ilustrasi
terakhir adalah karikatur Tilaria Padika aka George Hormat alias Gege.
Enam lembar HVS A4
dengan aneka ilustrasi kugantung dekat tempat dudukku. Aku belum bisa memindai (men-scan) semua itu karena alat pemindaiku rusak sejak tahun lalu. Aku
belum memiliki biaya untuk memperbaikinya. Aku memang sedang tidak memiliki
uang.
Sementara calon buku
“Arsitek yang Menulis” sudah siap memasuki proses pencetakan setelah mendapat ISBN
(International Serial Book Number) dari Perpustakaan Nasional RI. Namun,
lagi-lagi, aku sedang tidak memiliki uang untuk membiayainya.
Intinya, aku memang
tidak memiliki uang untuk semuanya itu.
Aku memang tidak
bekerja seperti kebanyakan orang. Mengapa aku tidak bekerja agar menghasilkan uang sekian juta rupiah saban bulan, dan seterusnya,
tidak perlu kusampaikan di sini. Apakah kemudian aku harus bersedih?
Terlalu sepele
hidup ini jika setiap waktu aku perlu bersedih. Tuhan selalu mengajakku bersuka
cita, bahkan senantiasa. Tuhan selalu mengajakku bersyukur dalam segala hal. Firman-Nya selalu hidup, dan berdegup bersama irama
jantungku. Bukan karena berduit lantas aku bersuka cita dan bersyukur. Bukan karena
buku-bukuku terbit lantas aku akan bersorak-sorai.
Aku sudah menjadi
diriku sendiri sejak mengenal-Nya pada 1989. Aku tidak perlu meniru siapa-siapa
atau ingin menjadi seperti siapa. Aku tercipta secara khusus. Ya, setiap
manusia tercipta secara khusus karena itulah hebatnya Tuhan yang kupercaya.
Tuhan membentuk aku
secara khusus dengan talenta dari-Nya yang kugali dalam diriku. Talentaku
bukanlah untuk menjadi kaya secara materi, tetapi kaya secara karya. Secara
manusiawi, Yesus Kristus hanyalah anak tukang kayu. Yesus Kristus tidak
memiliki ternak. Yesus Kristus tidak memiliki lahan. Yesus Kristus hanya memiliki
karya, bahkan sampai mati di kayu salib Yesus Kristus tidak memiliki harta
benda duniawi.
Malam menjelang
dini hari masih menyisakan udara basah dan suara-suara tadi. Aku masih mengetik
tulisan sepele ini.
Aku merasa Tuhan tidak
mengizinkan aku menggerakkan jari-jari untuk mengetik hal-hal yang tidak baik,
kecuali menikmati waktu sebelum kantuk berkunjung lalu mengajakku beranjak ke
tempat tidur. Bagiku, Tuhan selalu lebih baik daripada apa pun yang kumiliki
atau yang mampu kuraih. Bagiku, menjadi diri sendiri adalah yang terbaik dari
segala ambisi yang ditawarkan oleh kehidupan ini.
*******
Balikpapan, 25
Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar