Senin, 06 Mei 2019

Sekali Lagi, Konsisten dan Konsekuen


Aku sedang malas membuka buku kamus konvensional. Aku mencarinya di internet saja. Cara mudah untuk tulisan sekadar begini.

Konsisten
Menurut KBBI.Web.Id, konsisten/kon·sis·ten/ /konsistĂ©n/ a 1 tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai.

Konsekuen
Menurut KBBI.Web.Id, konsekuen/kon·se·ku·en/ /konsekuĂ©n/ a sesuai dengan apa yang telah dikatakan atau diperbuat; berwatak teguh, tidak menyimpang dari apa yang sudah diputuskan

Konsisten dalam Berkarya
Pencipta identik dengan ciptaan; kreator dengan kreasi. Terserah, kamu mau sepakat atau tidak. Aku tidak akan memaksa, terlebih aku memilih apa yang kuinginkan.

Yang penting, kamu bisa melihat sendiri bahwa aku selalu berusaha untuk konsisten melaksanakan pilihan hidupku, baik dalam tulis-menulis maupun dalam gambar-menggambar. Bisa jadi hari ini aku tidak menulis karena kemarin aku menggambar, atau besok aku akan menggambar.

Apalagi sekarang aku sudah memiliki penerbitan sendiri, dan menghasilkan belasan buku. Tulisan dan gambaran (ilustrasi) bisa kusatukan dalam satu karya tunggal. Sangat menyenangkan, meski terkadang merepotkan.

Konsistensi berkaitan dengan berkelanjutan. Konsistensi dalam tulis-menulis, misalnya, berkaitan dengan jumlah tulisan yang selesai selama kurun waktu tertentu. Konsistensi dalam gambar-menggambar yang bukanlah pekerjaan juga begitu.

Konsisten dengan hobi yang sama sekali tidak langsung menghasilkan uang, apalagi dalam jumlah banyak, bagaimana?

Konsisten dalam berkarya yang sama sekali tidak langsung menjadikan terkenal, bagaimana?

Konsekuen dalam Berkarya
Aku selalu berusaha untuk konsekuen dalam berkarya. Uang berlimpah dan tenar berbinar tidak pernah menyambutku. Konsekuensi ini tidaklah pernah singgah dalam impian sebagian orang, 'kan?

Buku-buku tunggalku menjadi bukti dan abadi mengenai konsekuensi itu. Aku tidak perlu repot berkoar-koar perihal berkarya, mengabadikan karya, konsisten atau konsekuen.

Meskipun repot menjalani beberapa pekerjaan (menulis, menggambar, menyunting, menyusun, dan seterusnya) hingga menjadi sebuah buku, bagiku, semua ini merupakan konsekuensi logis yang patut kulakoni, dan kunikmati prosesnya.  Ya, aku tidak akan berkoar mengenai proses dan ini-itu, melainkan bagaimana aku melakukan semua proses sebagai konsekuensi logis yang tidak boleh ditangisi.

Laris manis atau tidak, juga merupakan konsekuensi logis bagiku. Dan, bukankah setiap pilihan selalu menyajikan konsekuensi logis?


Berkarya
Seseorang dikenal dari hobinya (kegemaran; kesukaan). Seseorang dikenal dari apa yang dikerjakannya. Seseorang dikenal dari apa yang dihasilkannya. Seorang pelukis dikenal karena lukisannya. Seorang penulis deikenal karena tulisannya.

Aku tidak perlu dikenal dengan apa pun karena aku hanya mengolah dan mengelola hobi, waktu, dana, dan situasi. Bagiku, semua itu merupakan berkarya, berdaya-upaya, dan menjadi diri sendiri.

Cukuplah berkarya. Tidak usah kutambahi dengan hal-hal lain yang serba muluk. Ya, mumpung (selagi) mampu,  kulakukan saja. Mumpung suka, kulakukan juga dengan sesukaku saja.

Dan, bagaimana dengan kamu sendiri? Terserah kamu-lah!
  
*******
Pinggir Panggung Renung, 3 Mei 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar