Aku sedang malas
membuka buku kamus konvensional. Aku mencarinya di internet saja. Cara mudah
untuk tulisan sekadar begini.
Konsisten
Menurut KBBI.Web.Id, konsisten/kon·sis·ten/ /konsistĂ©n/ a 1 tetap
(tidak berubah-ubah); taat asas; ajek; 2 selaras; sesuai.
Konsekuen
Menurut KBBI.Web.Id, konsekuen/kon·se·ku·en/ /konsekuĂ©n/ a sesuai
dengan apa yang telah dikatakan atau diperbuat; berwatak teguh, tidak
menyimpang dari apa yang sudah diputuskan
Konsisten dalam Berkarya
Pencipta identik
dengan ciptaan; kreator dengan kreasi. Terserah, kamu mau sepakat atau tidak.
Aku tidak akan memaksa, terlebih aku memilih apa yang kuinginkan.
Yang penting, kamu
bisa melihat sendiri bahwa aku selalu berusaha untuk konsisten melaksanakan pilihan hidupku, baik dalam tulis-menulis maupun dalam gambar-menggambar. Bisa
jadi hari ini aku tidak menulis karena kemarin aku menggambar, atau besok aku
akan menggambar.
Apalagi sekarang
aku sudah memiliki penerbitan sendiri, dan menghasilkan belasan buku. Tulisan
dan gambaran (ilustrasi) bisa kusatukan dalam satu karya tunggal. Sangat
menyenangkan, meski terkadang merepotkan.
Konsistensi berkaitan dengan berkelanjutan. Konsistensi dalam tulis-menulis, misalnya, berkaitan dengan jumlah tulisan yang selesai selama kurun waktu tertentu. Konsistensi dalam gambar-menggambar yang bukanlah pekerjaan juga begitu.
Konsisten dengan hobi yang sama sekali tidak langsung menghasilkan uang, apalagi dalam jumlah banyak, bagaimana?
Konsisten dalam berkarya yang sama sekali tidak langsung menjadikan terkenal, bagaimana?
Konsekuen dalam Berkarya
Konsisten dengan hobi yang sama sekali tidak langsung menghasilkan uang, apalagi dalam jumlah banyak, bagaimana?
Konsisten dalam berkarya yang sama sekali tidak langsung menjadikan terkenal, bagaimana?
Konsekuen dalam Berkarya
Aku selalu berusaha
untuk konsekuen dalam berkarya. Uang berlimpah dan tenar berbinar tidak pernah menyambutku. Konsekuensi ini tidaklah pernah singgah dalam impian sebagian orang, 'kan?
Buku-buku tunggalku menjadi bukti dan abadi mengenai konsekuensi itu. Aku tidak perlu repot berkoar-koar perihal berkarya, mengabadikan karya, konsisten atau konsekuen.
Buku-buku tunggalku menjadi bukti dan abadi mengenai konsekuensi itu. Aku tidak perlu repot berkoar-koar perihal berkarya, mengabadikan karya, konsisten atau konsekuen.
Meskipun repot
menjalani beberapa pekerjaan (menulis, menggambar, menyunting, menyusun, dan
seterusnya) hingga menjadi sebuah buku, bagiku, semua ini merupakan konsekuensi
logis yang patut kulakoni, dan kunikmati prosesnya. Ya, aku tidak akan berkoar mengenai proses dan
ini-itu, melainkan bagaimana aku melakukan semua proses sebagai konsekuensi
logis yang tidak boleh ditangisi.
Laris manis atau
tidak, juga merupakan konsekuensi logis bagiku. Dan, bukankah setiap pilihan
selalu menyajikan konsekuensi logis?
Berkarya
Seseorang dikenal
dari hobinya (kegemaran; kesukaan). Seseorang dikenal dari apa yang
dikerjakannya. Seseorang dikenal dari apa yang dihasilkannya. Seorang pelukis
dikenal karena lukisannya. Seorang penulis deikenal karena tulisannya.
Aku tidak perlu
dikenal dengan apa pun karena aku hanya mengolah dan mengelola hobi, waktu,
dana, dan situasi. Bagiku, semua itu merupakan berkarya, berdaya-upaya, dan
menjadi diri sendiri.
Cukuplah berkarya.
Tidak usah kutambahi dengan hal-hal lain yang serba muluk. Ya, mumpung (selagi)
mampu, kulakukan saja. Mumpung suka,
kulakukan juga dengan sesukaku saja.
Dan, bagaimana dengan
kamu sendiri? Terserah kamu-lah!
*******
Pinggir Panggung
Renung, 3 Mei 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar