Nama
JARINGAN PENULIS SENDIRIAN (JPS)
Pembuat
Gus Noy alias Agustinus Wahjono alias Agustinus Wahyono alias saya sendiri
Waktu Pembuatan
20 Oktober 2016.
Alasan Pembuatan
1. Sejak 18 Oktober 2014 saya keluar dari semua komunitas penulis.
2. Tidak memiliki komunitas yang beranggotakan lebih dari satu orang.
3. Kesendirian sebagai upaya mengolah dan mengelola kemampuan.
4. Sendiri bertanggung jawab tanpa meminta keberpihakan dari luar diri.
5. Lahir sendiri, dan mati pun sendiri.
6. Tidak sepakat pada kelompok-kelompok yang cenderung arogan kolektif, diskriminatif, dan super-subyektif secara kolektif.
Tujuan Pembuatan
1. Menulis sesukanya
2. Menulis seenaknya
3. Menulis sendirian
Sasaran Pembuatan
1. Diri sendiri sebagai pembelajaran
2. Para penemu blog JPS ini
Struktur Organisasi
Ketua : Gus Noy
Sekretaris : Gus Noy
Bendahara : Gus Noy
Anggota : Gus Noy
Jalinan Kerja Sama :
PENERBIT ABADI KARYA BALIKPAPAN
(penerbitabadikarya.blogspot.co.id)
Hal-hal lainnya :
A. 10 November 2016
Juara I Lomba Menulis Esai se-Kaltim & Kaltara 2016 yang diselenggarakan oleh Kantor Bahasa Kaltim
B. 2 Agustus 2016
Puisi "Akar Garis dari Tanahmu" lolos kurasi untuk tergabung dalam buku Antologi Puisi Klungkung : Tanah Tua, Tanah Cinta (Museum Seni Lukis Klasik Nyoman Gunarsa, Klungkung, Bali, 2016).
Akar Garis dari Tanahmu
Di tanahmu telah tumbuh akar garis-garis
Sebelum jemari asing ingin mengajarimu
Menerjemahkan awan gunung tumbuhan
Hewan manusia kota
Garis-garismu adalah akar-akar pohon-pohon
Bersembulan menyerupai menhir-menhir
Di tanah-tanahmu menggenggam erat setiap
Jejak dari jengkal jemari perintis neolitikum
Mengekalkan perjalanan panjang garis-garis
Oleh sebab pelosok banjar adalah tanah gembur
Garis-garismu subur menorehkan risalah
Demi risalah silsilah demi silsilah pada daun
Pada kulit pada kayu menyambut Mahabarata
Ramayana menyemarakkan pada logam
Sepenuh bidang layar kisah-kisahmu
Oleh sebab pelosok banjar tidak terlongok
Garis-garismu berangkat ke bale-bale
Kertha Gosa Taman Gili guna berdialog dengan
Garis-garis asing dari jemari-jemari asing yang
Datang seakan hendak jadi guru tetapi malah
Berpaling pada belitan liuk gemulai
Garis-garismu
Di tanahmu tertera perjuangan tanpa lelah
Setiap gerilya garis warisan berpangkal ujung
Titik : Kamasan
Di sana Klungkung pun kian terjunjung
*******
Panggung
Renung Balikpapan, 2016C. 5 Juli 2016
Puisi "Ajakan Bersulang Kopi" lolos kurasi untuk tergabung dalam Antologi Puisi Temu Penyair Nusantara Pasie Karam (Dewan Kesenian Aceh Barat & Disbupar Aceh Barat, 2016)
Ajakan
Bersulang Kopi
Di keude Ujoeng Kareueng kutunaikan
Ajakan Tuan Pahlawan Kopi bersulang
Kata-kata beraroma tanoeh Johan Pahlawan
Kopi tubruk hitam ulee kareng kopi sanger
Dalam cangkir-cangkir terbalik seperti kopiah
Tersaji di meja kayu bundar berlatar wajah
Tuan Pahlawan Kopi yang pernah singgah
Pada goresan pensil sekolah dasarku
Aku mengambil secangkir kopi tubruk robusta
Selegam sepasang alis Tuan Pahlawan Kopi
Pada hamparan jamboe-jamboe
Pelepah hijau kelapa karang kelabu hitam
Pasir putih buih ombak laut biru
Mari bersulang kopi
Ya, mari bersulang
Tuan Pahlawan Kopi
Tuan Pahlawan Kopi
Di keude-keude di meja-meja bundar
Kata-kata beramburan dari tiap jengkal
Jejak Tuan Pahlawan Kopi tanpa perlu
Menunggu beungoh
singoh lagi
Jejak ie beuna menyaru ulee kareng sanger
Kecantikan Pantai
Barat Suak Ribee Suak Ray
Kegenitan gelenyar
senja sebelum menutup hari
Qanun-qanun memagari segala laku
Sampai apa lagi untuk kian memegahkan
Seantero tanoeh Johan Pahlawan
Aku tidak mampu menghitung panjang lebar
Kata-kata beraroma tanoeh Johan Pahlawan
Karena persulangan demi persulangan tidak
Akan lekang dari ombak gelombang Pasir Karam
*******
Lamin Lamun Balikpapan, 2016D. 1 Maret / 25 April 2016
Puisi "Pak Paijo Memarkir Rezeki" lolos kurasi untuk tergabung dalam buku Antologi Puisi Mak Renta (Penerbit Jentera, 2016), bahkan cuplikannya tertera di smapul belakang buku itu.
Pak Paijo Memarkir Rezeki
Pak Paijo tukang parkir depan warnet
Jago omong negara dan Tuhan
Dari terbit sampai terbenam rembulan
Seperti pepatah usang
Lain Bengkulu lain Semarang
Warnet tidak lagi ditengok ponsel pintar
Pak Paijo mengisi sepi dengan suntuk
Memarkir angka-angka hinggap di
Kepala teronggok di brewoknya
Sepi adalah kesempatan dari
Recehan para penitip motor untuk
Dimainkan Pak Paijo dengan angka rahasia
Berhadiah dalam kemasan gelisah yang
Masih saja ramai peminatnya
Di ujung jalan sana
Kepada Tuhan
Pak Paijo selalu menadah dengan
Lembar-lembar bertabur angka rahasia
Semoga sebagian angka berubah jadi
Rezeki diparkirkan Tuhan
*******
Panggung
Renung, 2016